Rabu, 29 Oktober 2008

Mbah Mangil Tokoh Transmigrasi Singkut Asal JATIM


Singkut,(28/10/2008) Imam ismail namanya, namun orang suka menyebut "mbah mangil". dia adalah sosok yang tidak bisa dilupakan bagi warga masyarakat singkut khususnya yang berasal dari daerah Bandung Tulungagung Jawa Timur, yang sekitar akhir tahun 1976 lalu mengajak sanak family beserta para warga dari Desa Talun Kulon dan sekitarnya untuk hijrah ke singkut.
berbekal semangat dan kerja keras saat datang dari singkut para warga bahu membahu membuka desa payolebar yang masih hutan belantara, dulu saat baru datang warga masih dijatah makanan dari pemerintah. banyak kisah yang diceritakan oleh para pelaku sejarah pembuka wilayah singkut ini.
" le..le mbiyen jamane mbah rekosone ora karu-karuan", jamane mbah tahu tempe dadi lawoh lha bocah saiki iwak basong wae aras arasen" kata mbah mangil saat mengenang 30 tahun silam.
sekarang singkut sudah tidak seperti singkut 3o tahun yang lalu, masyarakatnya alhamdulillah sudah mapan, bahkan kendaraan roda empat sudah banyak yang memiliki, apalagi motor, rasa-rasanya sudah tidak ada lagi warga singkut ini yang tidak berkendara.
yo gek sing sregep le nenuwun karo gusti karo sing rajin berzakat supoyo gusti ora nesu... tutur mbah mangil mengakhiri pembicaraannya.

Minggu, 26 Oktober 2008

H.M. KAIMUN,S.PdI Ketua PKJ Singkut

TRANSMIGRASI PARADIGMA BARU KURANGI KESENJANGAN PEMBANGUNAN

Jakarta , 4/6/2008 (Kominfo Newsroom) - Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno mengatakan, dalam pengembangan transmigrasi dengan paradigma baru, Depnakertrans berupaya mewujudkan pengembangan wilayah dan mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah di Indonesia.
Hal itu dikatakan Menakertrans saat menghadiri acara “Tasyakuran Masyarakat Transmigrasi Paguyuban Keluarga Jawa (PKJ) di Singkut, Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi, Rabu (4/6).
“Kami senantiasa mendorong terwujudnya asimilasi, akulturasi dan integrasi transmigrasi pendatang dan masyarakat setempat, sehingga program transmigrasi dapat memberikan kontribusi terbaik dalam Pembangunan Nasional”, katanya.
Program transmigrasi di Indonesia telah mengalami proses yang panjang dan penuh perjuangan. Namun dengan semangat dan kerjasama yang baik antara para warga transmigran dan masyarakat sekitar, program transmigrasi telah membuahkan hasil yang menggembirakan.
Salah satu bukti keberhasilannya adalah terbentuknya desa-desa yang dinamis dengan didukung pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan hidup bersama-sama.
Depnakertrans saat ini, disebutnya, tengah mengembangkan paradigma baru transmigrasi yang diuraikan dalam pokok-pokok pikiran, yaitu transmigrasi sebagai pilar ketahanan pangan nasional, transmigrasi sebagai basis ketahanan nasional, transmigrasi sebagai fundamen penyediaan energi alternative, transmigrasi sebagai instrument pemerataan investasi dan transmigrasi sebagai wahana penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
Konsep pendekatan yang diterapkan dalam revitalisasi dan reorientasi ini adalah pembangunan serta pengembangan kawasan transmigrasi menuju terbentuknya pusat-pusat pertumbuhan yang mempunyai fungsi perkotaan yang selanjutnya disebut dengan Kota Terpadu Mandiri (KTM)
Pada kesempatan itu, Menakertrans melakukan temu wicara dengan warga transmigran dan masyarakat, serta melakukan peninjauan workshop otomotif BLK Sarolangun.
Menakertrans juga menyerahkan bantuan berupa 20 mesin jahit, 4 (empat) set buku perpustakaan, 4 (empat) unit hand traktor, serta bantuan padat karya dan infrastruktur bagi masyarakat Singkut, Sarolangun, Jambi.
Ribuan transmigran yang hadir pada tasyakuran di Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi pada umumnya kesejahteraannya jauh lebih baik dari sejak kedatangan mereka pada tahun 1974.
Berkat kerja keras, para transmigran yang sebagian besar mengelola perkebunan sawah dan karet serta kelapa sawit ada yang berpenghasilan hingga mencapai belasan sampai puluhan juta rupiah.
Hadir dalam acara tasyakuran, Gubernur Jambi, Kapolda Jambi, anggota Komisi IX DPR RI dan DPD RI, Bupati Sarolangun, jajaran Muspida setempat, pimpinan Dinas Transmigrasi dan Kependudukan Jambi dan Kab. Sarolangun serta pejabat di lingkungan Depnakertrans. (Az/toeb/c)


KISAH SUKSES TRANSMIGRAN DI JAMBI ; Berjuang 30 Tahun, Berhasil Jadi Miliarder


16/06/2008 08:31:39
ALUNAN gamelan yang ditingkahi tembang waranggana memecah suasana siang di tanah lapang Singkut, Sarolangun, Jambi. Ribuan undangan duduk berjejer mengenakan pakaian surjan, blangkon dan berkebaya dengan wajah gembira sehingga mengubur kerut tuanya. Itulah kegembiraan yang ditunjukkan para transmigran sukses setelah melakukan perjuangan selama tiga dasa warsa.
Memang, ukuran kesuksesan yang mereka raih itu berbeda-beda, tetapi kebersamaan dalam menghadapi kesengsaraan selama 30 tahun menjadi pondasi kokoh pada bangunan yang diberi nama Paguyuban Keluarga Jawa (PKJ) 'Cipto Manunggal'. Atas nama kebersamaan pula, transmigran yang berasal dari daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim) dan Jawa Barat (Jabar) menggelar hajat syukuran.Ketua PKJ H Kaimun menegaskan, kedatangannya ke Singkut pada 1974 bersama transmigran lainnya hanya bermodalkan peralatan seadanya. "Padahal, kita hanya mendapat jatah lahan pertanian dalam wujud hutan untuk diolah menjadi lahan pertanian. Sungguh penderitaan yang kami alami benar-benar luar biasa," tuturnya seraya menambahkan, tidak cukup dengan satu dasa warsa harapan yang dinanti untuk masa depan itu muncul.Transmigran asal Jatim ini mengaku tidak mau menyerah, karena perubahan nasib itu bukan dari orang lain tetapi dari diri sendiri dengan kerja keras. Hasilnya, ujar Kaimun, setelah melewati jalan yang panjang masyarakat Singkut dapat meraih kehidupan yang layak. Secara ekonomi bisa dikatakan cukup sehingga mampu mendidik anak-anaknya sebagai generasi penerus pada perguruan tinggi. Bahkan kini ratusan sarjana telah lahir di ranah eks transmigrasi Singkut.Penuturan Kaimun dibenarkan oleh Kumaryoto asal Mlati Sleman, Ngatno asal Patuk, Suharno asal Ponjong, Sudirman dari Purworejo dan Slamet Kastalo yang kini jadi miliarder asal Boyolali dan beristerikan Srimiati asal Karangmojo, Gunungkidul. "Mereka semua adalah pekerja keras dan di antaranya sudah jadi PNS," jelas Suharno yang kini memiliki 7 hektar kebun karet dan menjadi ketua rombongan bagi 51 KK transmigran.Senada dengan itu disampaikan Sudirman yang kerabatnya banyak tinggal di Purworejo bahwa kebun karet yang dimiliki ada 5 hektar. "Saya tidak membayangkan kalau tetap tinggal di kampung, tentu tidak dapat memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anak," katanya. Di antara para pejuang di lokasi transmigrasi, ada satu sosok yang punya semangat tinggi. Dialah Slamet Kastalo asal Boyolali yang sejak datang ke lokasi transmigran Singkut 30 tahun lalu sebagai PPL dengan gaji Rp 32 ribu. Di lokasi ini juga dia menemukan jodohnya seorang guru bernama Srimiati asal Wonosari yang ditugaskan sebagai pengajar di UPT Singkut. "Saya kerja tidak kenal menyerah setelah punya istri. Sehabis salat tarawih, saya mencangkul hingga menjelang sahur," tutur Slamet. Dari kerja kerasnya itu ia telah memiliki hampir 150 hektar kebun karet dengan penghasilan Rp 200 juta perbulan. Atas keberhasilannya itu, kini dua anak Slamet kuliah di Yogyakarta masing-masing di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) sedang skripsi dan di UPN. Ditanya berapa aset yang dimiliki saat ini, Slamet mengaku asetnya lebih dari Rp 3 miliar, termasuk tiga petak kebun yang ditanami pohon jati di Wonosari dan tiga rumah di Yogyakarta. "Dua bulan sebelum gempa, Alhamdulillah saya bisa membeli tiga rumah di Yogyakarta," tutur Slamet.Tiga rumah itu berlokasi di Candi Gebang Sleman, Ngipik dan Kotagede. Sedang kendaraan yang dimiliki ada empat yakni satu buah mobil mewah Fortuner, Honda Jazz dan dua truk. Slamet kini menjadi panutan untuk masyarakat transmigran, terutama partisipasinya dalam membangun kebersamaan melalui wadah PKJ. Ia tetap santun dan rendah hati meski telah sukses secara materi, namun tetap punya semangat belajar yang tinggi. Sebab, selain anak, istri yang melanjutkan kuliah, dirinya juga sedang kuliah di STIPER. Perhelatan besar yang diprakarsai warga transmigran ini, mendapat apresiasi dari masyarakat setempat. Pasalnya, transmigran yang memiliki wadah PKJ Cipto Manunggal tidak bersikap tertutup, justru berbaur dengan penduduk setempat serta pemerintah yang menjadi pelindung. Karena itu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno hadir memenuhi undangan syukuran PKJ bersama Bupati Sarolangun H Hasan Basri Agus.Pada kesempatan ini Erman mengajak terus membangun komunikasi melalui dialog dengan masyarakat dan pemerintah setempat. "Pegang teguhlah peribahasa, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Dengan demikian, kita dapat dengan mudah menghindari konflik yang mungkin terjadi," tandasnya. (Syaifullah Hadmar)
SEJARAH BERDIRINYA

Singkut (27/10/2008), berawal dari keinginan dari seluruh warga Eks. Transmigrasi yang berasal dari tanah jawa, baik berasal dari jawa timur, jawa tengah, dan jawa barat. berkumpullah tokoh-tokoh jawa tersebut membicarakan tentang perlunya membuat wadah guna mempererat silaturrahmi antara warga eks transmigrasi dalam lingkup kabupaten sarolangun, untuk ikut membantu "mensukseskan sarolangun emas".
pada 5 Juni 2008 lalu, warga singkut memperingati tiga dasa warsa daerah singkut dimana acara tersebut berlangsung sangat meriah dihadiri oleh Bapak Menakertrans Erman Suparno, Gubernur Jambi, Anggota DPD RI, Bupati Sarolangun dan pejabat-pejabat penting lainnya.